KLIKMADURA, #ANDAHARUSTAHU – INDONESIA telah dipimpin tujuh presiden sejak merdeka. Yakni, Ir. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Tetapi, terdapat dua figur yang dilupakan sebagai mantan Presiden Indonesia, yaitu Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat.
Syafruddin Prawiranegara merupakan Gubernur Bank Indonesia pertama pada periode 1949-1953. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia ke-4 pada masa pemerintahan Soekarno.
Namun, Syafruddin lebih dikenal sebagai Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada masa Agresi Militer Belanda II. PDRI didirikan di Bukittinggi, Sumatera Barat atas inisiatif Syafruddin Prawiranegara setelah pemerintahan RI di Yogyakarta berhasil dilumpuhkan.
Di tengah ketidakadaan pemimpin, Indonesia berkeinginan mempertahankan citra di tingkat internasional. Upaya Syafruddin dalam membentuk PDRI memperoleh pengakuan dan ketaatan dari pihak lain.
Meskipun demikian, saat mendirikan PDRI, Syafruddin memilih tidak menggunakan gelar “presiden” untuk dirinya, melainkan memilih gelar “ketua”.
Kemudian, Mr. Assaat dilahirkan di Jorong Pincuran Landai, Kenagarian Kubang Putih, Agam, Sumatera Barat, pada 18 September 1904. Awalnya, ia mengikuti pendidikan di sekolah kedokteran School tot Opleiding van Indlandsche Artsen (STOVIA).
Namun, karena kurang minat di bidang kedokteran, ia beralih ke sekolah tinggi hukum Rechtshogeschool (RHS). Setelah menyelesaikan studinya di Belanda, ia berhasil meraih gelar meester in de rechten (Mr).
Saat Soekarno menjabat sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS), Mr. Assaat menjadi pejabat Presiden interim. Tugasnya adalah memimpin pemerintahan RI saat negara ini secara resmi mengadopsi bentuk serikat.
Kedua tokoh ini memang tidak tercatat sebagai Presiden RI dalam sejarah Indonesia. Namun, jasa mereka dalam upaya menjaga eksistensi bangsa sangat besar. Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat patut diapresiasi sebagai tokoh yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Semoga kisah mereka dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk terus berjuang dan memperjuangkan bangsa. (*)
________________________** Penulis adalah Lu’lu’a, mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta yang sedang menjalankan program magang di Klik Madura.