BANGKALAN || KLIKMADURA – Taman Wisata Laut (TWL) Labuhan, Desa Labuhan, Kecamatan Sepuluh, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur menjadi salah satu jujukan destinasi wisata di Madura. Khusunya, di Kabupaten Bangkalan.
Pesona laut dan rimbun pohon mangrove dari berbagai spesies mampu menghipnotis pengunjung untuk berlama-lama di tempat wisata tersebut. Lingkungan laut yang asri itu tidak lepas dari peran Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura Offshore (WMO) dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Payung Kuning, Mohammad Syahril selaku pengelola TWL Labuhan mengatakan, PHE WMO memiliki peran penting dalam pengembangan destinasi wisata edukasi tersebut.
Terbangunnya destinasi wisata tersebut kali pertama dimulai dari penanaman mengrove yang dimotori PHE WMO. Ratusan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dilibatkan dalam kegiatan yang digelar pada 2014 lalu itu.
Kemudian, dilanjutkan dengan program penghijauan berkelanjutan yang dilaksanakan rutin hampir setiap tahun. PHE WMO juga membangun sarana dan prasarana seperti gazebo, jogging track, tempat sampah hingga sarana penunjang lainnya.
”Jadi, Pertamina ini benar-benar memiliki peran penting dalam pengembangan Taman Wisata Laut Labuhan ini. Sejak awal berdiri hingga sekarang Pertamina tetap konsisten mendampingi kami,” kata Mohammad Syahril.
Pria yang pernah bekerja di luar negeri itu menyampaikan, jasa Pertamina yang tak kalah penting dari pembangunan sarana dan prasarana adalah edukasi kepada masyarakat. Awalnya, masyarakat tidak peduli terhadap lingkungan.
Pohon mangrove yang tumbuh di bibir pantai banyak ditebang untuk kebutuhan dapur dan kebutuhan rumah lainnya. Kemudian, burung-burung yang hidup di pohon mangrove juga diburu dengan cara ditembak. Tidak cukup sampai di situ, warga juga kerap melakukan pengrusakan terumbu karang.
Akibatnya, kerusakan lingkungan terjadi di mana-mana. Bahkan, abrasi pantai yang mengancam pemukiman penduduk juga kerap terjadi. ”Tapi, sejak Pertamina aktif melakukan edukasi kepada masyarakat, akhirnya kesadaran terkait pentingnya menjaga lingkungan tumbuh,” katanya.
Bahkan, Pertamina tidak hanya melakukan edukasi. Tetapi, juga mengajak masyarakat melakukan konservasi secara menyeluruh. Baik di darat, laut hingga udara. ”Mangrove tidak lagi ditebang, burung tidak lagi ditembak dan terumbu karang tidak lagi dirusak,” katanya.
Pertamina sukses meningkatkan kesadaran masyarakat. Kemudian, dilanjutkan dengan pembangunan sarana dan prasarana ramah lingkungan di lokasi destinasi wisata tersebut. Salah satunya, pembangkit listrik tenaga hybrid.
”Pembangkit listrik tenaga hybrid ini lebih menekankan sumber energy dari matahari karena ramah lingkungan. Pembangkit listrik ini merupakan energi baru terbarukan,” katanya.
Program yang dijalankan PHE WMO baik berupa pembinaan maupun pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Dengan demikian, masyarakat terus aktif terlibat dalam pelestarian lingkungan pengembangan pariwisata itu.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Ilmu Kelautan (IKA-IKL) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Mukhsin mengaku terlibat langsung pada saat penanaman mangrove pada 2014 lalu. PHE WMO menginisiasi kegiatan tersebut.
”Alhamdulillah berkat kepedulian Pertamian terhadap lingkungan alam Desa Labuhan, kini masyarakat bisa menikmati manfaatnya. Kesejahteraan masyarakat meningkat, alamnya juga sangat lestari,” kata Mukhsin.
Pria berbadan tinggi itu menyampaikan, langkah Pertamina harusnya diikuti oleh perusahaan lain. Semakin banyak perusahaan yang peduli terhadap lingkungan, maka alam Indonesia akan semakin lestari dan semakin banyak memberikan manfaat kepada masyarakat.
”Terima kasih kepada Pertamian atas kepeduliannya terhadap pelestarian lingkungan. Berkat kepedulian itu, kini masyarakat Desa Labuhan semakin sejahtera. Lapangan pekerjaan terbuka dan ekonomi kecil semakin menggeliat,” tandasnya. (pen)