Mengenal Pondok Pesantren Banyuanyar, Tertua di Pamekasan dan Pelopor Ponpes di Tapal Kuda Jawa Timur

Avatar

- Wartawan

Senin, 8 Juli 2024 - 11:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

*Catatan Lentera Katandur (1)

______

ONDOK Pesantren (Ponpes) Banyuanyar merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Pamekasan. Lembaga ini didirikan oleh Maulana Raden KH. Itsbat sekitar akhir tahun 1780-an.

Kiai Itsbat menamakan “Banyu” yang berarti Air dan “Anyar” yang secara harfiah bermakna baru, setelah melihat dalam pandangan batin ada sumber mata air yang amat jernih.

Kiai Itsbat selain dikenal seorang yang Alim Rabbani, juga dikenal sebagai Arsitektur dan Tuan Tanah. Kiai Itsbat membagi tanah nya kepada putra-putranya. Yakni, Kiai Nasruddin di daerah Desa Potoan Laok, dan kini menjadi Panyeppen.

(Sumber Foto: Google.com)

Kemudian, Kiai Abd Ghoni yang berdomisili di Besuk, Probolinggo dan masa tua hingga wafatnya berada di Bulugading, Jember.

Lalu, Kiai Abdullah, yang berdomisili di daerah Pamoroh dan kini bernama Banyuanyu. Selanjutnya, “Banyuanyar” diteruskan oleh putra bungsu beliau yang tak lain adalah Raden KH. Abd. Hamid.

BACA JUGA :  Pesona Wisata Pantai Galung Sumenep Pikat Hati Masyarakat, Ternyata Rintisan Perhutani KPH Madura

Penerus kepemimpinan di Banyuanyar tersebut memiliki tujuh putra dan putri. Yakni, Nyai Salma, Kiai Abd Majid, Kiai Abd Aziz atau Ali Wafa dan Nyai Hamidah.Kemudian, Nyai Ruqoyyah, Nyai Juwairiyah dan Kiai Baidhowi.

Sosok Raden KH. Baidhowi bin Abd Hamid bin Itsbat. (Sumber Foto: Google.com)

Sebelum wafat, Kiai Abd. Hamid Itsbat menulis surat wasiat yang menjelaskan bahwa Dhalem Bara’ barat berikut asrama santri di sekitarnya diwariskan kepada Kiai Abd Majid.

Sedangkan Dhalem Temor berikut asrama santri di sekitarnya diwariskan kepada Kiai Badhowi. Sebagai batas pembagian tersebut beliau menyebut pohon parseh ke pohon tanjung dan terus ke arah timur laut (tenggara) di Maqbarah/Congkop Banyuanyar.

“Manuskrip keterangan diatas ada di Kak Abduh (Warisan Nyai Salma) dan di saya (Warisan Kiai Baidhowi),” kata Lora Abbas Muhammad Rofii, Ketua Yayasan Raden KH. Itsbat Pamekasan.

BACA JUGA :  Dilantik Jadi Pj Sekda Pamekasan, Achmad Faisol Langsung Diminta Segera Susun RAPBD 2024
Sosok Raden KH. Abd Hamid Baqir bin Abd Majid bin Abd Hamid bin Itsbat. (Sumber Foto: Google.com)

Kemudian, setelah Kiai Abd Majid merintis Bata-Bata, Dhalem Bara’ diteruskan oleh putra beliau yaitu Kiai Abd. Hamid Baqir.

Dhalem Bara’ saat sekarang dikenal dengan nama Ponpes Darul Ulum Banyuanyar. Sedangkan Dhalem Temor setelah Kiai Baidhowi wafat, diteruskan oleh putra beliau yaitu Kiai Muhammad Rofii.

Dhalem Temor saat sekarang dikenal dengan nama Ponpes Al-Hamidy Banyuanyar. “Sebelum Kiai Muhammad Rofii beranjak dewasa, Dhalem Temor sempat diasuh oleh menantu Kiai Baidhowi, yaitu: Kiai Khozin Abdullah, Kiai Salim Zayyadi, Kiai Shobri & Kiai Mudatssir Badruddin,” terang Lora Abbas.

“Semoga kita kelak berkumpul bersama mereka di Surga Allah Subhanahu wa ta’ala,” doa Lora Abbas. (*)

——-

RH. Lora Abbas Muhammad Rofii, Ketua Yayasan Raden KH. Itsbat, Pamekasan.

Berita Terkait

Sifat Tawadhu’ “Sang Putra” Rais Syuriah PBNU dari Pulau Garam

Berita Terkait

Senin, 29 Juli 2024 - 16:43 WIB

Sifat Tawadhu’ “Sang Putra” Rais Syuriah PBNU dari Pulau Garam

Senin, 8 Juli 2024 - 11:27 WIB

Mengenal Pondok Pesantren Banyuanyar, Tertua di Pamekasan dan Pelopor Ponpes di Tapal Kuda Jawa Timur

Berita Terbaru