Sifat Tawadhu’ “Sang Putra” Rais Syuriah PBNU dari Pulau Garam

Avatar

- Wartawan

Senin, 29 Juli 2024 - 16:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lora Abd Majid diapit Lora Abbas Muhammad Rofii dan Lora Itsbat.

Lora Abd Majid diapit Lora Abbas Muhammad Rofii dan Lora Itsbat.

PAMEKASAN memiliki sejumlah pondok pesantren besar dan luar biasa. Lembaga pendidikan Islam itu diasuh oleh sosok kiai besar dan berpengaruh.

Salah satunya, Ponpes Miftahul Ulum, Panyeppen yang diasuh oleh RKH. Muddatstsir Badruddin. Selain mengurus pesantren, sosok ulama khos tersebut juga mengabdi sebagai Rais Syuriah PBNU.

Banyak hikmah yang bisa diambil dari setiap sisi kehidupan RKH. Muddatstsir Badruddin. Tidak terkecuali dari sisi kehidupan salah satu putranya, Lora Abd. Majid bin Muddatstsir.

Lora Majid merupakan sosok yang sangat tawadhu’. Meski hidup di lingkungan pesantren besar dan putra dari seorang ulama besar, kehidupannya sangat sederhana. Berikut catatan Lentera Katandur.

————

*Catatan Lentera Katandur (2)

KAK Majid biasa saya memanggil. Nama lengkapnya Abd. Majid bin Mudattsir bin Badruddin bin Nasruddin (pendiri PP. Penyepen) bin Itsbat (pendiri PP. Banyuanyar). Ibunya bernama Faridah bint Baidhowi bin Abd Hamid bin Itsbat.

Kak Majid adalah sosok yang sangat saya kagumi. Kepribadiannya sederhana tanpa banyak kata-kata, perawakannya low profile, tapi begitu berwibawa.

Sebagai manusia yang lahir tanpa kakak laki-laki, saya selalu menganggap ipar-ipar sebagai kakak kandung. Apalagi beliau yang juga sepupu sebelum menikah dengan kakak perempuan tertua (seriang) saya.

BACA JUGA :  Mengenal Pondok Pesantren Banyuanyar, Tertua di Pamekasan dan Pelopor Ponpes di Tapal Kuda Jawa Timur

Dari zaman dulu beliau selalu mendukung perjalanan dakwah yang coba saya tekuni. Entah itu di Majelis Rasulullah SAW Madura (Sebagai Mustasyar/Pembina/Syuriah) atau di #NgopiNgajiTrotoar (sebagai penasehat).

Kemarin sore, beliau harus dilarikan ke rumah sakit karena asam uratnya kambuh. Dengan keadaan yang tertatih-tatih, Kak Majid tetap menyempatkan datang ke Tabligh Akbar di Masjid Jami’ Keraton Sumenep yang dihadiri belasan ribu pasang mata.

Alasanya sungguh membuat saya haru. Beliau kasihan pada ahlul khidmah yang sudah mengorbankan waktu dan tenaganya demi mensukseskan acara.

Di Dhalem Temur PP. Banyuanyar, Kak Majid lah yang menempati Mandhepah/Pendopo, salah satu ruangan seppuh yang terletak di sebelah utara teras “Petamoyan”. Saya sendiri saat ingin masuk “harus” dengan seizin beliau.

Meski perawakan yang (menurut asumsi saya) serat untuk “menundukkan kepala”, pada hakikatnya Kak Majid adalah manusia humble.

Saat beliau berduaan dengan istrinya, saya terbiasa loncat ke kasur dan berada ditengah-tengah mereka.

Begitupun saat “beranjak” ke Panyepen, Kak Majid selalu melambaikan tangan seraya melempar senyum khasnya.

BACA JUGA :  APBD Perubahan 2023 Disahkan, Ketua DPRD Pamekasan Berharap Eksekutif Kerja Cepat

Kak Majid bersama istrinya punya program “unik”. Mereka membeli banyak jajanan yang disusun rapi seperti warung kelontong Madura.

Di sana, tertulis “Silakan ambil sepuasnya, jangan lupa baca sholawat 3x setiap satu bungkus”. Program sederhana tapi “membahana”.

Saya tahu, Kak Majid itu orangnya alim tapi beliau selalu menyelimutinya dengan “tawadhu’.

Kak Majid, keluarga kecil kami (Al-Hamidy Banyuanyar) menyebutnya: ” Sang Kepala Suku”.

Banyuanyar, 27 Juli 2024.

Lora Abbas Muhammad Rofii, Ketua Yayasan Raden KH. Itsbat, Pamekasan.

________

Tulisan ini dikutip dari catatan di media sosial Lora Abbas Muhammad Rofii, Ketua Yayasan Raden KH. Itsbat, Pamekasan.

Terdapat sejumlah komentar tentang Lora Majid. Salah satunya, dari akun @Agung Bagus yang menyampaikan “Alhamdulillah terjawab sudah apa yang berkecamuk dalam pekkeran abdinah mulai tadi malam semenjak melihat beliau turun dari mobil pas ate atanya, siapakah beliau ma’ berrit caepon abdinah.

Kemudian, akun @Nua’iman juga berkomentar: Dan beliau tidak pernah melangkahi sandal siapapun yang ada di samping teteyan (sandal) beliau kata sebagian santri senior. Begitulah ketawadhuan beliau yang sederhana tapi Masya Allah. (*)

Berita Terkait

Mengenal Pondok Pesantren Banyuanyar, Tertua di Pamekasan dan Pelopor Ponpes di Tapal Kuda Jawa Timur

Berita Terkait

Senin, 29 Juli 2024 - 16:43 WIB

Sifat Tawadhu’ “Sang Putra” Rais Syuriah PBNU dari Pulau Garam

Senin, 8 Juli 2024 - 11:27 WIB

Mengenal Pondok Pesantren Banyuanyar, Tertua di Pamekasan dan Pelopor Ponpes di Tapal Kuda Jawa Timur

Berita Terbaru