Pemimpin Redaksi (Pemred) Klik Madura Achmad Muzammil.
Achmad MuzammilPemimpin Redaksi Klik MaduraSABTU, 7 Oktober 2023 menjadi awal mula hari-hari buruk bagi warga Palestina tahun ini. Langit yang biru tiba-tiba berubah hitam pekat akibat ledakan bom yang menghantam bangunan hingga alat-alat tempur.
Teriakan histeris terdengar di mana-mana. Sirene mengaung di sela-sela reruntuhan. Rumah sakit mendadak sesak. Ribuan nyawa melayang. Perempuan dan anak-anak pun turut menjadi korban.
Tentara Zionis Israel membabi buta. Tidak ada kompromi. Tidak ada ampun. Pertempuran yang terbilang singkat, tapi puluhan ribu nyawa warga sipil tak berdosa melayang.
Al Jazeera mengabarkan bahwa total korban serangan Israel itu tembus 11.078 orang. Ironis. Dari total jumlah korbam itu, 4.506 di antaranya anak-anak dan 3.027 wanita.
Sekolah ditutup lantaran anak-anak yang mestinya mengenyam pendidikan harus syahid di tanah kelahiran yang menjelma menjadi medan perang.
Kutukan demi kutukan muncul dari berbagai penjuru dunia. Aksi solidaritas hingga desakan dari kepala negara agar dilakukan gencatan senjata terus digaungkan.
Tapi, yang terjadi, serangan semakin membabi buta. Bahkan, bom fosfor putih yang nyata dilarang dalam peperangan digunakan untuk menghancurkan tanah dan warga Palestina. Kejam. Keji. Tak bernurani.
Kekuatan super power militer Israel dikerahkan secara maksimal. Pasokan senjata dan alat perang terus dipasok oleh negara adikuasa Amerika. Permintaan gencatan senjata diabaikan.
Konflik Palestina-Israel berlangsung sangat lama. Sejak 2 November 1917 tepatnya. Entah berapa juta nyawa yang melayang. Entah berapa juta perempuan yang kehilangan suami dan anaknya. Entah berapa juta yatim yang lahir dari peperangan berkepanjangan itu.
Peperangan ini harus segera dihentikan. Kemerdekaan harus diberikan kepada bangsa Palestina. Seluruh umat harusnya mengukut agresi militer di tanah Palestina, karena derita Palestina adalah duka kita bersama.
Konflik Israel – Palestina tidak lagi berbicara soal kepentingan agama. Tapi, lebih pada kemanusiaan. Siapapun yang masih memiliki nurani, mari berbuat untuk kedamaian di tanah Palestina. Sekecil dan seperti apapun gerakan, harus terus dilakukan. Setidaknya, kita tidak diam. (*)