———————————-
Oleh : Aliful Muhlis
(Ketua Umum Madura Millenial Institute)
AHUN ini merupakan tahun politik di mana terdapat 2 kali pesta demokrasi, pemilu dan pilkada. Tanggal 14 Februari yang lalu kita sudah menyaksikan bagaimana asyiknya pergulatan politik dalam pesta demokrasi pemilu, khususnya di Pulau Madura.
Setiap daerah di Madura memiliki peta politik tersendiri, memiliki penguasa dan gerbongnya sendiri. Tetapi, jika disimpulkan terdapat dua kekuatan besar di Madura yaitu Gerbong Ulama dan Gerbong Blater.
Di tengah perjalanan panjang politik dan pemerintahan di Madura, terdapat sebuah gambaran menarik yang menggambarkan dinamika yang berlangsung di dalamnya.
Yakni, gerbong anak muda yang berada di tengah-tengah gerbong ulama dan blater Madura. Analogi ini mencerminkan perubahan demografis dan pergeseran kekuatan dalam politik dantata kelola pemerintahan.
Gerbong anak muda, dengan kegairahan dan semangat membara, mewakili generasi muda yang memiliki pandangan baru, aspirasi besar, dan penguasaan teknologi yang canggih.
Mereka membawa energi segar, ide-ide inovatif, dan keinginan untuk memajukan Madura menuju arah yang lebih baik.
Keterhubungan digital membuka pintu bagi keterlibatan publik yang lebih besar, memungkinkan masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam proses politik dan berkontribusi dalam pembuatan keputusan.
Namun, gerbong anak muda ini tidak berdiri sendiri. Di sekelilingnya, terdapat gerbong ulama dan blater yang mewakili pengalaman panjang, kebijaksanaan yang teruji, dan fondasi yang kuat dalam menjalankan politik.
Mereka telah melalui berbagai krisis, tantangan, dan pergulatan politik, dan dari pengalaman itulah mereka memperoleh kebijaksanaan yang berharga.
Meskipun terdapat perbedaan yang mencolok antara gerbong anak muda dengangerbong ulama dan nlater, keduanya tidaklah terpisah secara mutlak.
Sebaliknya, mereka saling melengkapi satu sama lain. Anak muda membawa ide-ide segar dan keberanian untuk merubah, sementara ulama dan blater memberikan pandangan yang bijak dan pemahaman mendalam tentang sejarah serta kompleksitas politik dan pemerintahan.
Dalam perjalanan politik yang panjang ini, kolaborasi antara gerbong anak muda dengan gerbong ulama serta blater menjadi kunci keberhasilan.
Ketiganya perlu belajar untuk mendengarkan satu sama lain, memahami perspektif masing-masing, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yakni mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Madura.
Di tengah dinamika tersebut, terdapat berbagai tantangan yang perlu dihadapi oleh ketiga kelompok.
Gerbong anak muda harus menghadapi realitas politik yang kompleks, di mana tidak semua ide dan aspirasi mereka akan langsung diterima dengan baik oleh masyarakat atau bahkan oleh anggota gerbong ulama dan blater.
Mereka perlu belajar bekerja secara efektif dalam sistem yang ada, menggunakan energi dan semangat untuk menginspirasi perubahan positif tanpa mengabaikan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya.
Di sisi lain, gerbong ulama dan blater juga dihadapkan pada tantangan untuk membuka diri terhadap ide-ide baru dan perspektif generasi muda.
Terjebak dalam cara-cara lama atau rutinitas yang sudah mapan bisa menghambat kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat di lingkungan politik dan sosial.
Oleh karena itu, mereka perlu bersedia untuk mendengarkan dan belajar dari generasi muda, serta memperbarui pendekatan sesuai dengan tuntutan zaman.
Namun demikian, potensi sinergi antara gerbong anak muda dengan gerbong ulama serta blater sangatlah besar.
Kolaborasi yang baik antara keduanya dapat menghasilkan keputusan yang lebih holistik dan berkelanjutan, yang menggabungkan semangat inovasi dengan kebijaksanaan yang teruji.
Melalui dialog terbuka, kerja sama, dan saling pengertian, mereka dapat menciptakan lingkungan politik yang inklusif dan progresif, yang mampumengakomodasi kebutuhan dan aspirasi seluruh masyarakat.
Dalam gambaran yang lebih luas, keberadaan gerbong anak muda di tengah-tengah gerbong ulama dan blater dalam politik dan pemerintahan menjadi simbol dari kesinambungan generasi dalam pembangunan Madura.
Ini adalah bukti bahwa suatu bangsa dapat menghargai warisan masa lalu sembari tetap terbuka terhadap inovasi dan perubahan yang dibawa oleh masa depan.
Dengan demikian, gerbong anak muda dengan gerbong ulama dan blater bukanlah dua entitas yang terpisah, melainkan bagian integral dari satu kesatuan yang lebih besar yakni perjalanan sebuah pemerintahan di Madura untuk mencapai kemajuan dan keberlanjutan jangka panjang. (*)