Media Sosial sebuah Kontrol Sosial?

Avatar

- Wartawan

Jumat, 20 September 2024 - 13:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Direktur Klik Madura Sari Purwati.

Direktur Klik Madura Sari Purwati.

Sari Purwati, Direktur Klik Madura

SAAT ini siapa yang tidak menggunakan media sosial? Nyaris tidak ada, kalau pun ada, pasti ada alasan yang mendasari untuk tidak bermedia sosial. Dan, alasannya pasti bukan karena tidak mau bermedia sosial, tapi lebih pada alasan yang lebih privacy.

Iya, semua orang menjadikan media social sebagai kebutuhan dalam bersosial. Entah itu untuk edukasi, aktualisasi diri, dokumentasi, flexing atau bahkan sekarang tidak sedikit yang menjadikan media sosial sebagai sumber rezeki.

Media sosial seakan menjadi hal yang wajib dimiliki. Tapi, benarkah media sosial saat ini bisa menjadi sebuah kontrol sosial?

Saya masih ingat, media sosial yang pertama kali saya pakai dulu tahun 2008 adalah Friendster, kemudian beralih pada Facebook, Instagram, Twitter, TikTok dan seterusnya. Karena pasti akan banyak media sosial baru lahir dan menjadi trend di Indonesia.

Berdasarkan data statistik pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta pengguna atau setara dengan 73,7 persen, dari populasi masyarakat di Indonesia.

Sementara pengguna aktif sebanyak 167 juta pengguna atau setara 64,3 persen dari populasi. Amazing banget ya! Wajib tanda seru, hahaha.

Terlepas dari alasan apa pun menggunakan media sosial harus diakui bahwa efek dari media sosial ini sangat luar biasa.

Saya saja sebagai pengguna aktif sejak 2008 dibuat berdecak kagum pada perkembangan media sosial yang sangat luar biasa.

Misal, betapa banyak yang mendapat keuntungan besar melalui jalur media social baik sebagai konten kreator maupun berdagang secara online. Saya sendiri pernah menikmati aliran dana segar dan lumayan banyak sebagai pengguna media social melalui jejaring di Facebook.

BACA JUGA :  4 Tradisi Unik Orang Madura Menyambut Lebaran Idul Fitri

Kini seiring cepatnya pertumbuhan digitaliasi efek dari medsos ini sangat luar biasa. Bagaimana suatu persoalan menjadi mudah solusinya saat dihamparkan di media sosial.

Kasus hukum menjadi cepat tertangani, bantuan sosial jadi mudah terkumpul dan masih banyak keajiban yang terjadi hanya dalam sekali scrolling. Saat ini kita sebut dengan kesaktian Nitejen.

Tapi sekali lagi, medsos ini tidak hanya melahirkan dampak positif tapi juga melahirkan dampak negative bagi yang sulit mengontrolnya.

Saya tidak dalam rangka mengingatkan orang lain, saya pikir semua orang pasti punya sudut pandang dalam melihat media sosial. Dampak negative maupun dampak positif ini tentu akan kembali pada si pemakai.

Sepanjang saya menggunakan medsos ini yang saya rasakan adalah bahwa medsos sebagai kontroling diri. Jika ada hal negatif yang saya liat dan tonton maka seketika itu saya belajar untuk menghindari. Jika ada hal yang positif maka susah pasti saya jadikan role model kehidupan.

Ada beberapa prinsip dasar yang saya pakai saat menggunakan medsos sebagai kontrol sosial saya agar tidak overdosis dan menjadi racun kehidupan. Tretan klik Madura boleh adopsi dan boleh tidak, ini bebas.

Satu, tentukan tujuan kita membuat akun medsos, sesuaikan dengan tujuannya. Tujuannya beragam, tergantung kebutuhan, bisa untuk berkarya, aktualiasasi diri atau bisnis.

BACA JUGA :  Peran Pancasila dalam Upaya Mengatasi Perundungan dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dua, jika tidak siap mental pada pro kontra maka private akun kita, pastikan yang masuk dalam jaringan kita adalah yang sefrekuensi dengan kita.

Mengapa? Ini agar kita tidak sibuk menyimpulkan berbagai asumsi atau lebih tepatnya tidak Overthinking terhadap apa yang tidak seharusnya dipikirkan.

Dan, yang ketiga, jangan sungkan untuk unfollow, batasi hingga blokir akun yang menurut kita sangat mengganggu hati kita. Di antara penyakit hati adalah iri, dengki dan suudzun itu juga bisa lahir dari apa yang kita tonton.

Di media sosial kita tidak bisa kontrol orang maka yang bisa dilakukan adalah kontrol diri kita sendiri. Jangan sampai penyakit hati ditimbulkan karena kita sendiri yang membuka ruang untuk sakit.

Unfollow, batasi dan blokir adalah hak kita. Jangan sampai hanya gara gara tidak enakan kemudian kita yang jadi sakit jiwa.

Pastikan jari jemari kita di media social adalah jari jemari yang nanti saat dihisab akan memudahkan kita untuk menuju jalan kebaikan. Pastikan postingan kita di sosial media merupakan amal jariah yang menjadikan sebab kita dimudahkan saat hisab.

Bukan justru menjadi dosa jariah yang menyulitkan perjalanan kita ke syurga Allah. Ingat satu hal, jejak digital tidak akan pernah hilang, maka yang bernilai abadi layak diisi hanya dengan kebaikan. Wallahua’lam.. (*)

Berita Terkait

Peran Sarjana di Era Disrupsi: Tantangan dan Peluang
Memaknai Maulid Nabi di Era Modern
Krisis Kejujuran di Dunia Akademisi Indonesia
Pamekasan Masih Menyala
RUU Penyiaran: Ancaman Nyata Kebebasan Pers di Indonesia
Republik Sulap
Ironi Pembabatan Hutan Adat Papua: Antara Janji Manis dan Realita Pahit  
Review Film Vina Sebelum 7 Hari, Antisipasi Kenalakan Remaja hingga Indikasi Kriminalitas

Berita Terkait

Senin, 30 September 2024 - 08:55 WIB

Peran Sarjana di Era Disrupsi: Tantangan dan Peluang

Minggu, 29 September 2024 - 14:54 WIB

Memaknai Maulid Nabi di Era Modern

Jumat, 20 September 2024 - 13:33 WIB

Media Sosial sebuah Kontrol Sosial?

Senin, 22 Juli 2024 - 09:23 WIB

Krisis Kejujuran di Dunia Akademisi Indonesia

Sabtu, 6 Juli 2024 - 16:31 WIB

Pamekasan Masih Menyala

Berita Terbaru

Warga melintas di depan Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Pamekasan.

Pamekasan

Jumlah Penerima BPNT di Pamekasan Turun Drastis

Sabtu, 5 Okt 2024 - 17:02 WIB