Perempuan – Perempuan Digital

Avatar

- Wartawan

Selasa, 8 Agustus 2023 - 08:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fahrur Rozi (Ketua Umum Bengkel Sastra IAIN Madura)

Fahrur Rozi (Ketua Umum Bengkel Sastra IAIN Madura)

*) Fahrur Rozi Ketua Umum Bengkel Sastra IAIN Madura PEREMPUAN-perempuan digital hari ini memiliki peran yang semakin signifikan dalam kehidupan tekhnologi. Secara positif, era digital memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi potensi dan beraktivitas dengan kebebasan yang lebih luas. Namun, kebebasan ini juga membawa risiko dan tantangan. Sebagai pustaka kebebasan, media digital memungkinkan perempuan untuk menyuarakan pendapat, membagikan pengetahuan, dan mempromosikan isu-isu penting. Namun, di tengah kebebasan tersebut, ada perempuan yang rentan dieksploitasi dan menjual diri mereka dalam konteks seksualisasi yang sering terjadi di dunia maya. Tidak semua perempuan terjebak dalam eksploitasi. Banyak yang maju melewatinya dengan memanfaatkan peluang yang ada. Mereka membangun karier, berbagi pengetahuan, atau menjadi penggerak perubahan sosial dengan dampak positif. Penguasaan teknologi dan media digital membuka pintu bagi kesempatan baru. Namun, kita juga perlu sadar akan sisi gelap dari dunia digital yang dapat merugikan perempuan. Harus ada kesadaran bersama untuk melindungi dan mendukung perempuan dalam dunia maya. Perlu juga penguatan kesadaran diri tentang risiko dan perlunya menjaga batas-batas dalam beraktivitas online.
BACA JUGA :  Lindungi Generasi Negeri, Bebaskan Ruang Pendidikan dari Perundungan
Agar perempuan-perempuan digital dapat terus maju dan berkontribusi secara positif, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, dan platform digital itu sendiri, untuk menciptakan lingkungan online yang aman, inklusif, dan menghormati hak asasi manusia. Dalam mendalami peran perempuan-perempuan digital, kita perlu memahami beragam aspek yang mempengaruhinya. Pertama, adalah pemanfaatan teknologi untuk memperkuat peran perempuan dalam dunia bisnis dan karier. Media sosial dan platform digital memungkinkan perempuan untuk mempromosikan bisnis mereka, membangun merek pribadi, dan menjalankan usaha secara mandiri. Apalagi, perempuan juga dapat menjadi penggerak perubahan sosial melalui kampanye online dan gerakan aktivisme. Mereka dapat menyuarakan isu-isu seperti kesetaraan gender, kekerasan terhadap perempuan, lingkungan, dan isu-isu sosial lainnya. Dengan memanfaatkan teknologi, pesan-pesan ini dapat menyebar dengan cepat dan mencapai audiens yang lebih luas.
BACA JUGA :  Rayakan HUT ke-12, GenBI IAIN Madura Gelar Donor Darah
Namun, kebebasan yang ada di dunia digital juga membawa dampak negatif. Perempuan sering kali menjadi target perundungan online, pelecehan, dan ancaman yang mengganggu kehidupan mereka secara pribadi dan profesional. Ditambah, adanya penyebaran konten pornografi yang tidak sah dan eksploitasi seksual online menjadi ancaman serius bagi perempuan. Untuk menghadapi tantangan ini, perlu ada upaya bersama dari semua pihak. Pemerintah harus menerapkan regulasi yang efektif untuk melindungi perempuan dari kekerasan dan pelecehan online. Platform digital juga harus bertanggung jawab dalam memoderasi konten dan mencegah penyebaran konten berbahaya. Pendidikan dan kesadaran tentang etika berinternet perlu ditingkatkan, terutama di kalangan generasi muda. Perempuan perlu didorong untuk mengembangkan keterampilan digital yang kuat sehingga mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan bijaksana. Perempuan-perempuan digital memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dengan dukungan yang tepat dan kesadaran yang tinggi, mereka dapat menghadapi tantangan dan mewujudkan peran penting mereka dalam dunia maya dengan lebih kuat dan produktif. (*)

Berita Terkait

Krisis Kejujuran di Dunia Akademisi Indonesia
Pamekasan Masih Menyala
RUU Penyiaran: Ancaman Nyata Kebebasan Pers di Indonesia
Republik Sulap
Ironi Pembabatan Hutan Adat Papua: Antara Janji Manis dan Realita Pahit  
Review Film Vina Sebelum 7 Hari, Antisipasi Kenalakan Remaja hingga Indikasi Kriminalitas
Pers Versus Asas Praduga Tidak Bersalah
Kartini, Sang Pejuang Kesetaraan Perempuan

Berita Terkait

Senin, 22 Juli 2024 - 09:23 WIB

Krisis Kejujuran di Dunia Akademisi Indonesia

Sabtu, 6 Juli 2024 - 16:31 WIB

Pamekasan Masih Menyala

Jumat, 7 Juni 2024 - 18:20 WIB

RUU Penyiaran: Ancaman Nyata Kebebasan Pers di Indonesia

Rabu, 5 Juni 2024 - 09:43 WIB

Republik Sulap

Rabu, 5 Juni 2024 - 09:32 WIB

Ironi Pembabatan Hutan Adat Papua: Antara Janji Manis dan Realita Pahit  

Berita Terbaru