Sapi Kurban dan CSR BUMN

Avatar

- Wartawan

Kamis, 5 Juni 2025 - 18:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi kapal mengangkut sapi. (META AI)

Ilustrasi kapal mengangkut sapi. (META AI)

Oleh: Fauzi As, Pengamat Kebijakan Publik

——

BUKAN kisah kapal Nabi Nuh, atau kisah kurban Ibrahim. Ini cerita tentang sapi yang berbaris rapi, diangkut kapal berwarna merah. Bukan dari kandang, tapi dari jalur kekuasaan.

Tahun 2024 lalu, kolektor CSR mendikte BUMN untuk mempersembahkan sapi kurban pada partainya. Jumlahnya? ratusan. Ya, Anda tidak salah baca. Bahkan, kabarnya ada BUMN yang sudah janji kurban di sebuah panti asuhan, tiba-tiba gagal.

Kisahnya menyisakan haru biru, seperti perempuan yang dijanjikan nikah, lalu bubar di depan penghulu.

Katanya ditelepon direksi, agar sapi segera dieksekusi, sementara itu pemilik kapal merah cukup mengirim titik koordinat. “Dropping di sini, dropping di sana,” katanya, dengan kekuatan setara Presiden.

Entahlah, sapi BUMN tiba-tiba tunduk pada anggota dewan, yang bukan dokter hewan. Tapi itu cerita tahun lalu. Mungkin tahun ini sedikit berbeda. Sebab kapal merah masih parkir di dermaga dengan tulisan “Oposisi Ragu.”

Dan, prediksi saya tahun ini salah total. Tahun ini sapi CSR tetap tunduk, bahkan berjalan sendiri menuju rumah-rumah kepala desa.

Coba kita cek besok ketika sapi disembelih. Jangan-jangan bukan bau sapi yang menyengat, melainkan bau “pengaruh” yang melebihi kekuatan Presiden Prabowo.

Jangan panik dulu, sebab cerita ini terjadi di sebuah daerah pemilihan yang tidak bisa disebutkan. Sebuah dapil yang hanya bisa ditebak dari logat dan jumlah billboard-nya.

BACA JUGA :  Media Sosial sebuah Kontrol Sosial?

Sapi kurban datang bertubi-tubi, dan semuanya bertanda cap hitam bertuliskan: “Ini dari yang mulia: Sang Juru Sapi Nasional,”

Bukan CSR? Mari kita cari tahu. Dan, yang paling sakral, semua sapi itu disebut berasal hanya dari satu orang wakil rakyat, yang konon paling berpengaruh di dunia.

Dunia siapa? Dunia maya mungkin. Dunia proyek jelas. “Ini bukan pencitraan, ini pengabdian!” seru si dewan, yang kini dijuluki Sang Juru Sapi Nasional itu.

BUMN: Bantu Uang Masyarakat Normal.

BUMN mana yang sanggup menyediakan ratusan sapi? Jawabannya: banyak. Di negeri ini, CSR adalah menu serbaguna. Bisa buat tugu keris, bisa buat baliho raksasa, dan tentu bisa buat sapi yang dapat mencari rumah kepala desa sendiri.

Skemanya sederhana, BUMN menyiapkan anggaran CSR. Datang telepon sakti dari “pihak tertentu”. Tiba-tiba: “Silakan salurkan sapi ke titik A, B, C, D, E sampai Z. Jangan lupa nama pengirim: beliau yang terhormat,”

Tidak ada MoU dengan masyarakat. Tidak ada laporan evaluasi. Yang penting: sapi dibagi, rakyat senang, foto viral.

Sapi Sebagai Alat Kampanye

Beberapa warga mengaku menerima sapi CSR tanpa tahu dari mana asalnya. Yang mereka tahu, saat pembagian, terdengar suara pengeras: “Terima kasih kepada Bapak yang mulia, hamba Allah, pengirim ratusan sapi dari pusat!”

Seorang tokoh lokal berkata “Biasanya kita dapat dari BAZNAS atau masjid. Sekarang langsung dari parlemen.  Luar biasa. Kita diberkahi bukan oleh Tuhan, tapi oleh wakil Tuhan.”

BACA JUGA :  Review Film Vina Sebelum 7 Hari, Antisipasi Kenalakan Remaja hingga Indikasi Kriminalitas

Sapi itu kini bukan lagi simbol pengorbanan, tapi alat diplomasi politik, alat branding, dan kalau bisa, alat tukar suara.

Kurban atau Korban? Pertanyaannya, siapa yang berkurban dan siapa yang dikorbankan?

Jika CSR dikendalikan oleh elite, jika penyalurannya dikaitkan dengan nama politisi, dan jika semua itu tidak melalui prosedur, maka kita sedang menyaksikan transformasi.

CSR Berubah Menjadi Citra Sang Raja.

Rakyat senang, tapi tanpa sadar sedang dituntun masuk ke ladang politik, di mana sapi bukan lagi hewan ternak, tapi kendaraan elektoral.

Sapi, Simbol Baru Kekuasaan.

Dulu, pejabat bangga menunjukkan sekolah, rumah sakit, dan jembatan. Sekarang cukup tunjuk sapi: lebih murah, lebih viral, dan tidak butuh perencanaan.

Jika ini terus dibiarkan, bisa jadi tahun depan kita tak perlu Pemilu. Cukup hitung jumlah sapi siapa yang paling banyak, lalu nobatkan dia sebagai: “Wakil Tuhan Resmi Republik CSR,”.

Artikel ini tidak menyebut nama siapa pun. Karena yang disebut cuma sapi. Jika ada pihak yang tersinggung, silakan cek apakah anda punya sapi berlogo CSR dalam jumlah masif.

Jika iya, mari sama-sama bertobat. Atau setidaknya ajukan LHKPN yang jujur. Jika bank BUMN yang bermasalah saja bisa memberi jatah 25 ekor sapi. Maka berapa ekor sapi bagi bank BUMN yang lain? Mari tunggu kisah sapi-sapi selanjutnya. (*)

Berita Terkait

Air Liur Direktur RSUD Smart Pamekasan untuk Pasien Gagal Ginjal
Negara Tidur di Atas Punggung Petani
Komunikasi Partisipatif Tata Kelola Kota Pamekasan
Sebuah Mimpi dan Transformasi Kesehatan di Kepulauan yang ada di Madura
Bubarkan Uniba Madura!
Banjiri Internet dengan Konten Edukasi: Kunci Menuju Masyarakat Cerdas
Ketidakhadiran Bupati Sumenep dalam Retret Magelang: Antara Instruksi Politik dan Transparansi Publik
Kartu Kesempatan di Tahun 2025: Waktunya Beraksi

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 10:27 WIB

Air Liur Direktur RSUD Smart Pamekasan untuk Pasien Gagal Ginjal

Minggu, 15 Juni 2025 - 07:07 WIB

Negara Tidur di Atas Punggung Petani

Kamis, 5 Juni 2025 - 18:00 WIB

Sapi Kurban dan CSR BUMN

Sabtu, 19 April 2025 - 11:08 WIB

Komunikasi Partisipatif Tata Kelola Kota Pamekasan

Rabu, 9 April 2025 - 08:09 WIB

Sebuah Mimpi dan Transformasi Kesehatan di Kepulauan yang ada di Madura

Berita Terbaru

Opini

Negara Tidur di Atas Punggung Petani

Minggu, 15 Jun 2025 - 07:07 WIB

Ilustrasi kapal mengangkut sapi. (META AI)

Opini

Sapi Kurban dan CSR BUMN

Kamis, 5 Jun 2025 - 18:00 WIB

Opini

Komunikasi Partisipatif Tata Kelola Kota Pamekasan

Sabtu, 19 Apr 2025 - 11:08 WIB