SAMPANG || KLIKMADURA – Mahasiswa UTM menggelar program pengabdian masyarakat yang berada di Desa Sokobanah Daya, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang.
Program tersebut untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan di perkuliahan kemudian dikembalikan kepada masyarakat. Program tersebut memberi banyak manfaat kepada mahasiswa, dosen, maupun masyarakat.
Pengabdian masyarakat tersebut digelar oleh dosen dari Prodi Teknik Mekatronika dan Teknik Informatika yang terdiri dari 7 anggota. Perinciannya, dari kalangan dosen terdiri dari Ir. Sri Wahyuni, S. Kom., M. T., Dr. Fika Hastarita Rachman S. T., M. Eng., Imamah S. Kom., M. Kom.
Kemudian, dari kalangan mahasiswa terdiru dari Muhammad Wahyu Aria Senna, Ahmad Farih, Rizky Sarsyah Nur Prasojo, Achmad Fany Fadeli dan Muhammad Akbar Maulana.
Ir. Sri Wahyuni, S. Kom., M. T., mengatakan, Desa Sokobanah Daya memiliki tempat hiburan yang bernama kampung wisata Panjelin, wisata ini sendiri berada di bawah naungan Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabutpaten Sampang.
Wisata tersebut memiliki potensi yang bisa terus dikembangkan, baik dari segi infrastruktur maupun sarana dan prasarananya. Oleh karena itu, pengabdian masyarkat itu dilakukan agar membantu wisata tersebut mendapatkan inspirasi untuk tambahan infrastruktur, sarana, dan prasarannya.
“Pada pengabdian masyarakat ini, kami membuat alat yaitu Dancing Water Berbasis Digital Controller,” katanya.
Dijelaskan, kondisi tempat wisata tersebut sangat panas dan terbilang gersang, sehingga kurang enak didatangi saat siang hari. Dengan demikian, tim pengabdian masyarakat itu membuat alat yang bisa menjadikan suasana tempat wisata itu sejuk.
“Dibuatnya alat Dancing Water kemungkinan bisa membuat suasana di tempat wisata ini menjadi lebih sejuk karena alat ini mengeluarkan semburan air yang bergerak ke berbagai arah dan dapat diberikan pola sehingga dapat memberi kesan estetika dan kesejukan,” katanya.
Kegiatan tersebut disambut baik dan hangat oleh pengelola wisata setempat, yang juga didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sampang.
Melalui kegiatan tersebut juga diharapkan bisa mengenalkan mikrokontroler pada warga dan pemuda pemudi setempat. Dengan demikian, warga setempat tidak kalah dengan orang-orang di kota-kota besar yang media pembelajarannya sudah menggunakan mikrokontroler.
“Tim pengabdian ini melakukan kegiatan sejak 5 September 2024 yang dilaksanakan dosen bersama mahasiswa, kegiatannya sendiri berlangsung selama kurang lebih 3 bulan sampai bulan November,” terangnya.
Ir. Sri Wahyuni, S. Kom., M. T., menjelaskan, pembuatan alat itu membutuhkan proses yang sangat panjang. Sebab, maintenance dari kabel-kabel dan komponen-komponen yang memiliki jumlah yang terbilang banyak.
Perinciannya, sebanyak 30 buah motor yang digunakan untuk memompa air yang akan dikeluarkan. Kemudian, pengkabelan yang dihubungkan juga tidaklah sedikit, terdapat kurang lebih 80 kabel dengan ukuran mulai dari 1-3 meter.
Alat tersebut memiliki 18 pola berbeda yang akan keluar setiap detiknya dan membentuk beberapa bentuk yang berbeda beda juga. Air mancur ini juga nantinya akan menambah estetika destinasi wisata.
“Tim ini juga membuat video 3D untuk menampilkan bagiamana proses dari air mancur ini berfungsi dan pola yang dikeluaran. Proses pembuatan dari video animasi ini dikerjakan menggunakan aplikasi Blender 3D,” katanya.
“Pembuatan video 3D sendiri bisa digunakan sebagai media pembelajaran dikarenakan jarang sekali ada pelatihan untuk pembuatan video 3D, tetapi kekurangannya harus memiliki device yang mumpuni untuk melakukan render,” tandasnya. (*/diend)