Pemateri memberikan pemaparan seputar peradaban Kabupaten Sampang. (FOTO: ZARATUL LAILA / KLIK MADURA)
SAMPANG, klikmadura.id – Komunitas Madura Heritage menggelar Sarasehan dan Ngopi Budaya, Sabtu (03/06/2023) malam. Kegiatan dengan tema “Melacak Eksistensi Peradaban Klasik Sampang dari Candi Hindu-Budha Hingga Jejak Islam Pertama” itu digelar di di Pendopo Rumah Dinas Wakil Bupati Sampang.
Sekitar 70 orang hadir dalam kegiatan tersebut. Bahkan, sejumlah pejabat penting seperti Wakil Bupati Sampang H. Abdullah Hidayat, Anggota DPRD Sampang Moh. Iqbal Fathoni juga turut hadir.
M. Rifki Taufan dari Disbudpar Provinsi Jawa Timur dan M. Khairil Anwar seorang arkeolog dari Sumenep didapuk sebagai narasumber. Mahasiswa dan pelajar yang berdomisili di Sampang sangat antusias mengikuti kegiatan.
Founder Komunitas Madura Heritage, Umar Faruk mengatakan, diskusi tersebut bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat Sampang bahwa Kota Bahari ini memiliki potensi cagar budaya. Cagar budaya tersebut harus dilindungi dan dilestarikan agar tidak hilang.
Umar Faruk menegaskan, Sampang tidak hanya memiliki situs Ratu Ebuh. Tapi, punya situs sejarah lain yang harus digali kedepannya untuk dilestarikan dan sebagai edukasi sejarah dan budaya Madura kepada masyarakat, mahasiswa, dan pelajar di Kota Bahari.
“Sejarah klasik sebelum datangnya Islam tidak boleh dikesampingkan. Situs silam perlu dijaga dan butuh pengawasan ekstra dari warga setempat dan pemerintah sebagai otoritas,” ujarnya.
Dirinya berharap, output dari acara bisa terealisasi. Sehingga masyarakat Sampang sama-sama sadar akan pentingnya mempertahankan sejarah yang sudah terjadi sebelumnya.
Wakil Bupati Sampang H. Abdullah Hidayat mengatakan, diskusi tersebut menyadarkan serta menjadi motivasi agar bisa menjadi peradaban di Madura khususnya Kabupaten Sampang.
Pembahasan dalam diskusi terus lebih mengerucut pada sejarah Islam. Meski di dalam tema menyentil candi Hindu-Budha. Sebab, karena 99,9 persen masyarakat Sampang beragama Islam.
“Derasnya arus globalisasi dan digitalisasi membuat pemuda lupa akan histori peradaban yang ada di Kabupaten Sampang, hal itu perlu kita evaluasi dengan adanya gagasan, ide-ide, dan eksekusi untuk peradaban,” terangnya.
Pria yang akrab disapa Aba Ab itu berharap, sarasehan tersebut memberikan dampak positif bagi pemuda Sampang. Utamanya, agar kesadaran untuk terus menjaga serta melestarikan budaya atau situs religi di Sampang semakin tinggi. (zhrh/diend)