Sumenep terdiri dari 126 gugusan pulau, 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau lainnya masih perawan. Sejak Indonesia merdeka, masih banyak daerah di kepulauan Sumenep yang belum teraliri listrik. Masyarakat hidup di Tengah gulita. Tapi kini, perlahan pulau-pulau itu mulai terang benderang berkat sentuhan green energy PT. PLN (persero).
————————————-
LANGIT Pulau Saseel, Kecamatan Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep terang benderang. Awan berkejaran seolah menandangan suasana riang gembira. Kicau burung dan lambaian daun menambah keindahan salah satu pulau terpencil ini.
Hari itu tanggal 28 Oktober 2024, tepat pada peringatan Hari Sumpah Pemuda dan masih dalam momentum hari listrik nasional (harlisnas) ke-79. Warga berkumpul dengan senyum renyah dan aura bahagia di wajahnya.
Mereka bersenda gurau sembari menunggu peresmian pongoperasian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Bukan hanya di Pulau Saseel, pengoperasian pembangkit listrik dari hasil inovasi green energy itu juga dilakukan di tiga kepulauan lainnya.
Yakni, Pulau Saur dan Pulau Sadulang Kecil di Kecamatan Sapeken. Kemudian, Pulau Karamian di Kecamatan Masalembu. Masyarakat di empat pulau terluar Madura itu menyambut pengoperasian PLTS dengan penuh suka cita.
Mereka mendapat kado indah di Hari Sumpah Pemuda dan Harlisnas ke-79. Bukan hanya sekadar kado, tetapi harapan hidup baru, semangat baru, dan mimpi-mimpi baru. Masyarakat kini bebas dari kungkungan gelap gulita sejak puluhan tahun ini. Kini, mereka hidup terang benderang berkat green energy yang dikembangkan PT PLN (persero).
Pengoperasian PLTS di empat pulau terluar Madura itu meningkatkan Rasio Elektrifikasi (RE) dan Rasio Desa Berlistrik (RDB) di Jawa Timur. Saat ini, RE di Jawa Timur mencapai 99,66 persen, sementara RDB PLN sebesar 99,94 persen.
General Manager PLN UID Jawa Timur, Ahmad Mustaqir mengatakan, pembangunan dan pengoperasian PLTS tersebut merupakan penegasan komitmen sinergi dan kolaborasi penggunaan green energy dan net zero emission 2060.
“Sebagai upaya mengakselerasi elektrifikasi hingga pulau terluar, PLN menyiapkan pembangunan PLTS sebesar 975 kWp yang tersebar di 16 lokasi Kepulauan Madura,” katanya.
Dijelaskan, masyarakat di Pulau Saseel teraliri listrik dari PLTS berkapasitas 150 kWp. Kemudian, Pulau Karamian teraliri listrik berkapasitas 175 kWp, Pulau Saur 150 kWp dan Pulau Sadulang Kecil 50 kWp. Total kapasitas listrik yang dioperasikan sebesar 525 kWp dengan potensi 2.600 pelanggan.
”Dengan beroperasinya PLTS ini dapat membantu masyarakat mendapatkan akses listrik, lingkungan menjadi lebih terang dan dapat meningkatkan ekonomi lokal,” katanya.
Green energy yang dikembangkan PT PLN (persero) di pulau terluar Sumenep mendapat apresiasi dari banyak pihak. Plt Bupati Sumenep Hj. Dewi Khalifah juga tidak luput memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas inovasi yang sangat bermanfaat tersebut.
Perempuan yang akrab disapa Nyai Eva itu menyampaikan, bisa menikmati listrik merupakan mimpi masyarakat kepulauan sejak puluhan tahun silam. Berkat inovasi yang dilakukan PLN, mimpi tersebut bisa terwujud.
“Listrik merupakan penunjang utama kehidupan masyarakat. Semoga dengan beroperasinya PLTS ini, produktivitas masyarakat meningkat, perekonomian semakin baik, layanan kesehatan dan Pendidikan juga semakin baik,” kata Nyai Eva.
Mantan anggota DPRD Sumenep itu menyampaikan, grafik elektrifikasi di wilayah Sumenep menunjukkan sangat positif berkat sinergi dan kolaborasi yang baik antara PLN dan Pemerintah Kabupaten Sumenep. Kolaborasi itu harus terus dipertahankan dan ditingkatkan agar lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat.
Bangkitkan Ekonomi Melalui UMKM
Pengoperasian PLTS di empat pulau terluar Sumenep itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Dengan adanya aliran listrik, ada harapan baru dan semangat baru bagi masyarakat untuk hidup lebih baik.
Arifatul Fitriyah (31), warga Desa/Pulau Karamian, Kecamatan Masalembu mengatakan, sudah puluhan tahun masyarakat menunggu aliran listrik itu. Sebab, listrik merupakan kebutuhan utama dalam menopang sendi-sendi kehidupan warga.
Listrik bukan sekadar untuk penerangan. Tetapi, dibutuhkan untuk berbagai kegiatan masyarakat khususnya dalam peningkatan ekonomi, layanan kesehatan hingga pendidikan.
Perempuan yang akrab disapa Fitri itu menyampaikan, warga kepulauan sebenarnya sangat kreatif. Banyak industri rumahan yang selama ini berjalan untuk menopang kebutuhan ekonomi. Tetapi, industri yang bergerak di bidang kerajinan itu tidak berjalan secara optimal lantaran belum tersedia listrik.
Dengan pengoperasian PLTS tersebut, masalah utama yang selama ini menjadi penghambat perkembangan ekonomi kreatif tersebut terselesaikan. Masyarakat bisa dengan leluasa memproduksi kerajinan tangan dan dijual ke berbagai dareah.
Menurut Fitri, dengan adanya listrik, masyarakat juga bisa leluasa menjual hasil karyanya. Sebab, penjualan bisa menggunakan media sosial yang jangkauannya sangat luas. ”Dengan adanya listrik ini, masyarakat bisa leluasa memasarkan produknya melalui media sosial dan platform lainnya,” katanya.
Alumni SMKN 1 Sumenep itu yakin, beroperasinya PLTS di Pulau Karamian menjadi awal kebangkitan masyarakat. Baik dari sisi ekonomi, kesehatan hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan.
Persempit Disparitas Wilayah Daratan dan Kepulauan
Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur Aliyadi Mustofa menyambut baik pengoperasian PLTS di pulau terluar Sumenep itu. Menurut dia, sejak beberapa tahun terakhir, keinginan masyarakat kepulauan untuk mendapat layanan listrik sering disuarakan.
Masyarakat membutuhkan listrik untuk bangkit dari berbagai macam keterpurukan. Sebab, disparitas antara wilayah daratan dan kepulauan dari berbagai sektor masih sangat terasa.
”Dengan pengoperasian PLTS ini, kami sangat yakin disparitas antara wilayah daratan dan kepulauan yang selama ini terjadi akan semakin berkurang,” katanya.
Aliyadi menyampaikan, potensi di wilayah kepualuan sangat melimpah. Di antaranya, potensi pariwisata, hasil laut hingga kerajinan. Tetapi, potensi-potensi itu sulit berkembang karena tidak adanya aliran listrik.
”Di Pulau Saseel dan pulau-pulau lainnya itu banyak sekali potensi wisata pantai, tetapi bagaimana wisatawan mau berkunjung kalau listriknya tidak ada,” kata wakil rakyat asal Kabupaten Sampang, Madura itu.
Aliyadi mengaku optimistis pengoperasian PLTS itu menjadi awal kebangkitan warga kepualuan Sumenep. Destinasi wisata akan berkembang, ekonomi kreatif juga akan bangkit. Bahkan, pendidikan juga akan maju. Dengan demikian, secara bertahap disparitas yang selama ini terjadi akan terkikis habis.
”Terima kasih PLN yang sudah menjawab kebutuhan masyarakat kepulauan. Listrik ini menjadi awal kebangkitan warga kepulauan dari berbagai sisi,” tandas politisi senior itu. (pen)